Bagi sebagian orang debat sedikit membingungkan karena orang yang berdebat harus berpikir sedemikian rupa sehingga ide dan argumen yang dibawa terkait isu tertentu lebih unggul dibandingkan dengan apa yang dikemukakan lawan. Bagi sebagian orang lainnya, debat dianggap sebagai sesuatu yang tak berguna lantaran menggunakan waktu untuk perang urat syaraf tidak menghasilkan sesuatu. Bagi sebagian orang sisanya, debat menjadi suatu aktivitas menarik dimana seseorang bisa mengkaji dan memahami lebih jauh tentang isu tertentu. Tidak menerima sesuatu begitu saja, take for granted. Toh dunia tidak hanya sebatas hitam dan putih namun juga ada area abu-abu di sana, dimana hal tersebut perlu dikaji lebih jauh. Secara global debat telah menjadi sesuatu yang populer. Pada saat adanya general election atau pemilihan umum, sering ada debat antar kandidat. Walau di Indonesia sudah mulai digalakkan event serupa, namun para kandidat wakil rakyat masih terlihat canggung, terlihat tidak terbiasa berdebat dan saling serang intelejensia melalui argumen dan sanggahan. Satu dari sebagian sisa orang tersebut adalah saya.
Saya memulai aktivitas debat bahasa inggris sejak bangku sekolah menengah atas. Dengan modal bahasa inggris seadanya, saya memberanikan diri untuk ikut serta dalam beberapa perlombaan bahasa inggris. Sebelumnya, pada waktu SMP saya juga ikut beberapa perlombaan bahasa inggris. Hasil debat di sma juga tidak mengecewakan, yang membuat saya paling senang adalah ketika menjadi runner-up pada Indonesian School Debating Championship 2004 untuk Provinsi Jawa Timur serta runner-up pada lomba debat Jawa Bali di Universitas Brawijaya tahun 2005. Tentu saya bersyukur mengingat saya tidak pernah belajar debat secara formal dan tidak pernah mengikuti kursus bahasa inggris. Semasa sma saya hanya aktif di Pioneer English Club yang mana aktivitas utamanya adalah English speech.

Ketertarikan saya pada debat berlanjut sampai bangku kuliah. Pada awal menjadi mahasiswa, saya memutuskan untuk bergabung dengan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa di Universitas Indonesia yakni UKM English Debating Society UI. EDSUI adalah salah satu klub debat universitas terbaik di Tanah Air. EDS mampu berbicara banyak baik di kompetisi nasional seperti JOVED, IVED, ALSA E Comp, sampai Founders Trophy serta di turnamen internasional semacam AUDC, Australs bahkan WUDC.
Selama bergabung dengan EDSUI saya lebih banyak bergerak di belakang panggung dengan jalan menjadi keanggotaan kepanitiaan dan juga pengurus di UKM tersebut. Pada tahun pertama di bawah kepresidenan Santi Nuri Dharmawan, saya menjadi fund raiser. Pada tahun kedua, di bawah kepresidenan Mahardhika Sadjad, saya menjadi proposal and sponsorship officer. Dan yang terakhir di bawah kepresidenan Tirza Reinata, saya menjadi treasurer. Saya juga pernah beberapa kali terlibat dalam kepanitiaan. Hm, coba saya ingat saya terlibat dalam logistic officer Asian University Debating Championship Adjudication Workshop 2006, fund raiser untuk Founders Trophy 2006, Project Officer untuk Newbies English Debate Competition 2007, interviewer dalam EDSUI Open Recruitmentserta beberapa kepanitiaan lainnya. Saya juga pernah menjadi supervisor untuk Indonesian School Debating Championship untuk provinsi Jawa Timur tahun 2008. Pada waktu itu saya juga membantu project officer ISDC 2008, Haris Faozan untuk melakukan rekruitmen supervisor yang akan dikirim ke 33 provinsi di Indonesia.
Kalau ditanya soal prestasi, maka jawabannya adalah saya lebih banyak berkecimpung dalam duniaadjudication. Yang paling membanggakan adalah ketika saya proceed menjadi juri final pada dua PIMNAS berturut-turut: PIMNAS 2007 di Universitas Lampung yang menggunakan Asian Parliamentary System dan PIMNAS 2008 di Universitas Islam Sultan Agung Semarang yang menggunakan British Parliamentary System. Selebihnya, saya sangat sering menjadi juri debat baik Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris di berbagai kompetisi baik untuk tingkat SMA maupun universitas.
“Karir debat” saya memang cukup terbatas, namun toh saya patut bersyukur karena beberapa kali menjadi juara debat ekonomi bisnis. Pada tahun 2006 saya menjadi runner up Lomba Debat Ekonomi yang diselenggarakan KANOPI FEUI. Setahun kemudian, saya dan tim berhasil meraih capaian lebih baik yakni menjadi juara turnamen yang sama pada 2008. Dua tahun berturut-turut saya juga menjadi runner up dalam Lomba Debat Akuntansi Accounting Days tahun 2007 dan 2008. Capaian tersebut setidaknya membuat karir debat saya lebih berwarna.
Mengikuti kegiatan debat, membuat saya mendapatkan banyak manfaat. Mengenal banyak orang, mengikuti berbagai kegiatan dan yang paling penting I got my logical thinking trained. Ups ada lagi, dengan menjadi juri debat seringkali saya bisa dapat tambahan uang jajan ehehe. EDSUI bagi saya sangatlah berwarna. EDSUI juga yang berperan mengantarkan saya menjadi mahasiswa berprestasi nasional tahun 2009 yang lalu. Tentu saya merindukan suasana ketika saya masih aktif di organisasi ini. Saya berharap suatu saat saya akan punya kesempatan untuk mengulangi momen-momen saya di EDSUI.