Di sofa yang nyaman di ASEAN Secretariat Jakarta, saya hanya keep staring melihat orang-orang yang lalu lalang dengan pakaian yang rapi. “Oh they are really well dressed!” Ya, para diplomat ini membawa saya kembali hanyut dalam salah satu memori kecil saya. Dulu, saya ingat sekali saya suka melihat acara televisi namanya “Cakrawala Petang” di salah satu stasiun televisi swasta. Acara tersebut memang berisi berita-berita internasional mulai dari peperangan, kerjasama multilateral, event budaya, isu ekonomi dan lainnya. Hm, saya yang waktu itu benar tidak pernah melihat langsung bagaimana negara lain dan situasi di negara orang bisa melihat bahwa dunia ini sangat luas. Di satu tempat damai sedang di tempat lain mungkin sedang mengalami konflik, di satu tempat sedang bersalju sedang di tempat lain mungkin sedang mengalami cuaca panas. Saya berpikir, mungkin akan sangat menyenangkan jika nanti saya ikut berada dalam penyelesaian isu-isu tersebut atau hanya berkunjung ke luar negeri sebagai pelancong wisata. Namun toh garis hidup berkata lain, saya tidak diarahkan Tuhan untuk bergabung di kementerian atau lembaga internasional yang mengurusi hal-hal tersebut, sampai saat ini. Entahlah di masa depan, saya tidak tahu.
Hm, detik demi detik saya menunggu teman saya yang juga belum beristirahat dari kerjanya (teman saya bekerja di ASEAN Secretariat sebagai junior officer) dan saya memang tidak bosan karena saya merasa nyaman di “rumahnya” ASEAN yang mana saya yakin tidak banyak orang Jakarta yang tahu ataupun mau tahu. Well, bukan urusan saya juga ehehe. Melihat bendera-bendera negara anggota ASEAN dan negara dialogue partners membuat saya teringat bahwa ada satu negara yang cukup memberikan memori berkesan untuk saya yakni Brunei Darussalam. Ya, Brunei adalah negara pertama yang saya kunjungi dalam hidup dan yang lebih spesial” itulah pertama kalinya saya naik pesawat terbang.
Ceritanya, dulu ketika saya kuliah saya mengikuti seleksi untuk mewakili kampus saya dalam perlombaan pidato pemuda tingkat ASEAN. Akhirnya saya terpilih dan pergi ke Brunei bersama satu mahasiswa lain dan juga seorang dosen pembimbing. Sangat menyenangkan: excited yang cukup besar dan juga rasa takut menyelimuti perasaan saya. Well, saya hanya menerka-nerka apa rasanya naik pesawat dan bagaimana rasanya menginjakkan kaki di negeri orang. Maklum karena saat itu saya hanya anak muda katrok dari daerah yang tidak ada bandara dan memang selama hidup sebelum itu, saya juga tidak memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk naik pesawat terbang.
Oh Tuhan begitu baik dan memberikan paket hadiah sekaligus “my first flight flew me to Bandar Seri Begawan”. Berada di negeri orang cukup menyenangkan untuk pertama kalinya. Bagaimana saya merasakan gaya dan kecepatan aktivitas hidup yang berbeda antara di Jakarta dengan di Brunei. Jakarta yang sangat ramai, Brunei yang sangat sepi. Jakarta yang masih banyak ditemui kemiskinan sedang Brunei yang rerata rakyatnya makmur dan sebagainya sebagainya. Hal lain yang lebih menarik adalah karena saya bisa berinteraksi dengan pemuda-pemudi dari berbagai negara.
Well, Brunei dan Bandar Seri Begawan memang memberikan memori yang sangat berkesan untuk saya, yang tidak akan pernah saya lupakan selamanya