Kindness is the language that the deaf could hear and the blind could see….
Baik ataupun buruk maka semua akan ada balasannya: entah sekarang, di masa depan atau di kehidupan selanjutnya. Lantas, jika kita bisa berbuat baik kenapa harus berbuat buruk?
Hidup penuh dengan warna seperti halnya lukisan di atas: penuh aneka rupa dan berwarna-warni. Dan kita punya pilihan untuk menentukan mana motif dan warna yang akan kita inginkan dan miliki….
Karma mengingatkan saya akan salah satu non-agenda travelling saya ke Bali Utara beberapa saat yang lalu. Ya, secara kebetulan saya mengunjungi gedung Kirtya di Singaraja Kabupaten Buleleng. Layaknya perpustakaan daerah, gedung tersebut boleh dibilang cukup sederhana. Namun tunggu dulu, di gedung ini disimpan ribuan lontar tradisional Bali yang berisi tentang cerita-cerita rakyat dan ajaran Hindu lainnya. Dan saya berkesempatan untuk memegang langsung lontar-lontar tersebut. Kembali ke topik, bahwa bukan lontar-lontar itu yang membuat waktu saya di gedung Kirtya terasa spesial. Namun, saya berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan beberapa orang di sana dan berdiskusi panjang lebar terkait dengan karma.
Karma, dalam beberapa hitungan bulan belakangan ini memang menyita perhatian saya. Karma berarti pembalasan. Pembalasan atas apapun yang telah dilakukan oleh manusia. Di Islam, agama yang saya peluk sendiri, dari kecil saya diajarkan untuk berbuat kebaikan karena kebaikan akan mendatangkan kebaikan. Kebaikan akan dicatat oleh malaikat, begitu pula dengan keburukan. Di akhirat kelak, semuanya akan mendapatkan balasan sesuai dengan bobotnya masing-masing. Gedung Kirtya membuka wawasan baru saya terkait dengan karma dari sudut pandang yang berbeda. Karma dalam agama Hindu mungkin agak berbeda dimana setiap manusia tidak akan pernah bisa lepas atau menghindarnya. Lantas dimana perbedaannya? Bagi setiap bayi Bali yang baru lahir, maka cenayang akan melihat bagaimana karma sang bayi, bagaimana kehidupan sebelumnya dan bagaimana kedua hal tersebut akan berimbas ke kehidupan sekarang.
Setiap perbuatan manusia akan berbalas baik sekarang, di masa depan atau di kehidupan selanjutnya. Begitu juga dengan sang bayi, seperti saya sebutkan sebelumnya bahwa mereka mewarisi karma dirinya sendiri dari kehidupan sebelumnya ataupun dari orang tuanya. Orang Hindu dan Buddha percaya akan reinkarnasi dimana manusia yang meninggal akan dilahirkan kembali bisa menjadi manusia atau hewan, tergantung dari karmanya. Ada yang dilahirkan dari keluarga kaya raya dan ada pula sebaliknya, dan mereka menerima hal tersebut apa adanya. Semakin baik karma seseorang, maka di kehidupan berikutnya mereka akan dilahirkan di kondisi yang lebih baik. Usut punya usut pun, kalau kita rajin mengikuti berita maka akan jarang kita dengar tentang kasus-kasus kriminal di Bali karena orang Bali sangat menghargai karma. Bagi mereka karma buruk yang dibuat, selain akan berbalas kepada kehidupannya juga akan diwariskan ke keturunannya kelak.
Bagaimana dengan karma saya?
Tentu saya tidak tahu ahaha. Yang jelas saya perlu banyak belajar tentang kebaikan. Saya sendiri bersyukur, walaupun hidup tidak berkelimpahan namun hidup saya cukup. Dan Tuhan sangat memberkati saya dengan memberikan banyak sekali kesempatan untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dalam kehidupan sosial pun, saya setidaknya berusaha untuk mendarmakan kebaikan dengan cara yang sederhana yakni dengan senyuman. Jika saya punya tenaga dan uang berlebih maka saya akan sangat senang mengikuti berbagai kegiatan sosial. Masih saya ingat bahwa sejak kecil saya diajarkan untuk berbagi. Dulu, ketika saya punya makanan dan ada orang lain yang membutuhkan makanan, terlepas saya sedang kelaparanpun, Ibu selalu mengajarkan saya untuk memberikan makanan saya ke orang tersebut. Dan saya bersyukur bahwa saya bisa menjadi manusia yang gampang beradaptasi dengan lingkungan baru dengan jalan mendarmakan kebaikan sederhana tadi. Alhamdulillah saya masih hidup sampai sekarang ahaha, setidaknya saya yang hobi travelling blusukan ke banyak sekali daerah baru dan suku masyarakat baru bisa selamat ketika berada di sana. Karma saya yang satu ini lumayan bagus karena saya mendapatkan penerimaan dan selamat dating dari penduduk lokal dengan baik. Terima kasih.
Namun tetap saja, saya masih memiliki egosentris yang sangat luar biasa besar.
Termasuk dalam banyak artikel dalam blog saya ini yang lebih banyak berisi tentang curhat seputar saya: oh betapa saya terlalu banyak membicarakan tentang diri saya sendiri. Sebagai anak muda yang juga kadang labil, saya memang perlu belajar banyak terkait kebaikan dan kesabaran. Emosi masih sering sekali meletup-letup jika melihat ada sesuatu yang tidak sesuai aturan dan harapan. Yah, namanya juga manusia. Namun yang jelas saya juga percaya bagaimana karma bekerja. Sudah tidak terhitung berapa banyak orang yang memberikan pertolongan kepada saya dan saya juga mempunyai niat sama untuk berbuat kebaikan dengan sesama. Namun kepercayaan saya akan karma tidak menyeluruh seperti orang-orang Bali. Tentu saya tidak percaya reinkarnasi. Karma saya di dunia akan dibalas entah di kehidupan saya sekarang atau di akhirat kelak.
Karma….siapa yang bisa menolaknya?