Pertengahan Agustus 2017 lalu, kami sekeluarga merasa kehilangan karena nenek kami dan ibu dari orang orang tua kami, Ibu Abtonah, akhirnya berpulang ke Rahmatullah; innalialahiwa ina lilahi rojiun. Mbak Buk, begitu kami memanggilnya sehari-hari adalah ibu dari 4 orang anak dan 8 orang cucu. Semasa hidupnya mengabdikan diri sebagai guru dan pegawai negeri sipil dan saat berpulang berusia 78 tahun. Mbah Buk telah lama menderita strok dan tidak bisa berjalan. Namun selama 2-3 tahun tersebut, Mbak Buk tetap bisa berbicara, masih memiliki memori yang kuat dan juga masih doyan makan dan minum dengan lahap. Poin terakhir ini, yang membuat saya senang karena walaupun sakit tapi masih memiliki selera makan yang tinggi. Jadi kami tidak khawatir. Semua makanan dilahap dari makanan berat, snack sampai buah. Namun sejak beberapa minggu setelah Lebaran tahun 2017, Mbak Buk mengalami koma selama beberapa minggu sebelum akhirnya benar-benar istirahat selamanya.
Saya merupakan salah satu cucu yang sangat dekat dengan Mbak Buk. Rumah keluarga kami dan rumah Mbak Buk berdekatan bahkan berjejeran. Jadi sejak kecil saya memang bermain dan kadang sering tidur di rumah Mbak Buk. Sayang sekali, pertemuan terakhir saya dengan Mbak Buk adalah ketika Lebaran tahun ini. Dan ketika sakit, saya yang berencana pulang ke Jawa Timur untuk menjenguk. Namun selang sehari sebelum saya pulang, saya mendapat kabar bahwa Mbak Buk telah tiada.
Ada banyak memori yang saya ingat dengan Mbak Buk. Dan jika bisa memilih, berikut ini adalah beberapa memori yang saya ingat:
Kipas angin
Terakhir saya pulang saat Lebaran, ketika saya keluar rumah, Mbak Buk meminta saya membelikan lampu untuk kamar dan ruangan lainnya. Pada hari berikutnya, Mbak Buk meminta saya membelikan obat pereda nyeri otot. Semuanya saya belikan karena memang apa yang diminta orang tua dan sedang sakit, maka saya berusaha belikan sepanjang mampu. Sepulangnya saya ke Jakarta, saya dapat cerita bahwa Mbak Buk ternyata ingin dibelikan kipas angina. Selama ini ruangan Mbak Buk memang tidak dilengkapi dengan kipas angin, karena yang bersangkutan memang tidak terlalu suka kena angina apalagi terus menerus. Jika saja, waktu saya di rumah tau, maka tentu saya akan membelikannya asal dipakai seperlunya.
Lampu Mati dan Ludruk Radio
Dulu pada tahun 1990an, di desa kami seringkali terjadi mati listrik. Hujan sedikit mati, angin sedikit mati, bahkan kadang mati sendirinya untuk alasan yang tidak jelas. Ketika malam-malam, di tengah gelap gulita, maka ketika saya tidur di rumah Mbak Buk, maka hiburan satu-satunya ada.ah radio. Channel yang kami putar adalah RRI Jawa Timur. Tiap malam selalu ada acara ludruk. Ludruk adalah teater tradisional khas Jawa Timur yang lahir dan asli dari Jombang. Malam-malam banyolan dan cerita ludruk tentang kehidupan sehari-hari yang renyah selalu menghibur malam-malam ketika listrik mati tersebut.
Naik Truk ke Pengajian
Mbak Buk semasa hidup aktif mengikuti pengajian seperti halidayah, muslimatan dan beberapa acara Shiddiqiyah. Shiddiqiyah adalah sebuah torekot yang berpusat di Ploso Jombang. Setiap Ramadhan, ada pengajian akbar yang diadakan di pusat Shiddiqiyah ini. Yakni di awal Ramadhan, 17 Ramadhan dan 27 Ramadhan. Setiap malam itu, warga desa di tempat kami berbondong-bondong ke pengajian dengan menaiki truk. Berangkat sekitar habis isya, pengajian akan selesai jam 2/ 3an malam. Naik truk bareng-bareng bersama ibuk-ibuk dan bapak-bapak sangat seru sekali. Pengalaman ini yang tiap tahun saya tunggu. Di tempat pengajian, lautan manusia selalu berjubel untuk bisa ikut acara pengajian tersebut.
Pro Mega dan Soekarno
Tokoh favorit Mbak Buk adalah Soekarno. Baginya, Pak Karno memang adalah pahlawan sejati. Mungkin karena Mbak Buk memang bisa merasakan betapa berubahnya hidup sebagai warga mulai dari penjajahan Jepang, penjajahan Belanda, masa-masa kelam awal kemerdekaan sampai era modern saat ini. Dan baginya, semuanya juga karena salah satu peran besar Soekarno. Kecintaannya pada Pak Karno juga akhirnya turun ke anak proklamator ini. Mbah Buk termasuk pro Mega ehehe. Dan jangan ditanya, apa partai yang dipilihnya ketika pemilu ehehe.
Koran Jawa Pos
Saya sangat senang baca koran bahkan di era digital sekarang, membaca koran fisik menurut saya lebih terasa feeling-nya dan menarik. Mungkin karena dari kecil saya terbiasa membaca koran. Mbak Buk memang dulu berlangganan koran Jawa Pos, koran yang paling populer di Jawa Timur. Tiap pagi, loper koran mengirimkan koran ke rumah. Saya senang dan membaca banyak sekali artikel dalam koran tersebut, yang paling menarik adalah tema-tema internasional. Selain itu, kadang saya membuat kliping untuk olahraga terutama tenis. Saya gunting-guntingi koran-koran lama yang berisi gambar atlet-atlet tenis wanita Indonesia dan dunia ehehe.
Depot Sedep Marem, Ice Cream Paddle Pop dan Sandal Bata
Setiap awal bulan, Mbak Buk mengambil uang bayaran pensiunan dari Kantor Pos Jombang. Saya tidak tahu berapa jumlahnya, yang jelas setelah menerima uang pensiunan tersebut, saya bisa dibelikan beberapa hal. Pertama diajak ke pusat Kota Jombang saja saya sudah senang. Kami naik angkot atau di sana dulu dikenal dengan Len, yakni Len A jurusan Megaluh-Jombang. Setelah mendapatkan uang pensiunan, maka saya selalu dibelikan ice cream di toko yang ada di sebelah Kantor Pos Jombang. Setelah itu kami pergi ke Depot Sedep Marem yang tidak jauh dari situ. Depot ini memang terkenal karena masakan khas Jawa yang enak-enak seperti rawon, pecel dan soto. Bahkan saya pernah dibelikan sandal Bata kala itu ehehe.
Tukaran dengan Sepupu
Tukaran alias berantem adalah hal yang wajar dilakukan oleh anak-anak kecil. Dan hal ini yang juga saya lakukan dengan beberapa saudara kecil saya lainnya. Berantemnya apa? Ya karena banyak hal mulai dari makanan, mainan, TV dan lainnya. Saat kami berantem, maka Mbak Buk yang jadi pelerai ehehe.
Nyapu dan Guyang-Guyang
Karena saya menghabiskan waktu mayoritas di rumah Mbak Buk, maka saya juga membantu melakukan beberapa kegiatan rumah tangga mulai dari menyapu dan guyang-guyang. Menyapu halaman lantai sampai halaman tanah depan rumah dan guyang-guyang alias menyirami tanaman depan rumah. Aktivitas ini saya lakukan di pagi dan sore hari dan menjadi kebiasaan sehari-hari.
Manuk Derkuku/ Burung Derkuku
Manuk derkuku adalah burung peliharaan Mbak Buk dan memang dipelihara sejak lama. Saya tidak tahu berapa usianya, namun saya yakin lebih tua dari saya. Manuk derkuku ini setiap saat sering manggung alias berbunyi. Dan menjadi teman setia keluarga kami. Pernah satu saat dimana burung ini lepas tapi akhirnya kembali lagi ke rumah. Mungkin karena saking setianya. Beberapa tahun lalu, saya membeli satu lagi burung derkuku sebagai teman untuk burung satunya lagi. Namun, burung ini akhirnya ditinggal pergi oleh pemiliknya selama-lamanya. Walaupun begitu, semoga burung ini akan terus manggung sampai kapanpun.
Silaturahmi dengan Keluarga
Salah satu pesan yang sering dikatakan Mbah Buk adalah untuk selalu menjaga silaturahmi dengan keluarga. Keluarga kami tidak begitu besar dalam jumlah. Ya sebagai orang tua tentunya pesan buat kami agar terus menjaga silaturahmi, saling bantu membantu keluarga yang sedang susah. Ini pula yang membuat saya akhirnya membuat grup whatsapp keluarga yang mana hal ini sangat membantu untuk berkomunikasi satu sama lain.
Mbah Buk semasa hidupnya telah berbuat banyak hal. Dan kami tentu sangat berterima kasih atas apa yang dilakukan. Kami berdoa semoga amal ibadahnya selalu diterima dan kesalahannya dimaafkan. Kami juga berupaya untuk selalu bisa ziarah ke makamnya dan mendoakan agar Mbah Buk tenang, bahagia, dan damai di sana. Amin.