Pagi itu, udara segar berpacu dengan sinar matahari yang mulai menghangat, seorang dadong (nenek dalam Bahasa Bali) tersenyum sumringah menatap ke arah saya. Dadong itu sedang berjalan, mungkin, menuju areal persawahan miliknya. Otomatis saya balas tersenyum sambil melambaikan tangan ke arahnya. Menyapa atau disapa warga setempat adalah hal yang biasa saya alami ketika bersepeda di penjuru Ubud. Menemukan orang yang ramah tersenyum ramah bukanlah pemandangan langka di sini. Hai atau halo adalah sapaan yang sering saya dengar.
Pagi menjadi waktu yang sibuk bagi warga Ubud, yang masih banyak di antara mereka berprofesi sebagai petani. Ubud, begitu nama daerah cantik di Pulau Bali. Banyak yang masih bertanya sebenarnya Ubud itu nama apa? Apakah nama puri? pasar? atau lainnya. Ubud adalah nama salah satu kecamatan di Kabupaten Gianyar. Ubud juga merupakan nama desa adat serta nama keluruhan di kecamatan ini. Betul juga bahwa Ubud adalah nama salah satu puri, yakni Puri Ubud, yang menjadi salah satu landmark terkenal di sana.
Ubud terletak sekitar 18 KM dari ibukota Denpasar atau sekitar 40 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Bentang alam Ubud berupa daerah perbukitan dan dilalui oleh beberapa aliran sungai. Di Ubud sendiri terdapat 7 desa dan 1 kelurahan meliputi Desa Petulu, Desa Peliatan, Desa Singakerta, Desa Lodtunduh, Desa Sayan, Desa Kedewatan, Desa Mas, dan Kelurahan Ubud. Alam hijau Ubud terasa lengkap dengan udaranya yang sejuk dan segar.
Ubud dikenal banyak orang sebagai the cultural hearth-nya Bali. Di berbagai sisi, dengan mudah kita bisa menemukan banyak galeri seni dan workshop sebagai sentra pembuatan lukisan, patung kayu, serta berbagai industri kreatif lainnya. Selain itu, Ubud juga telah melahirkan banyak seniman-seniwati Bali terkenal. Daerah ini juga menjadi pusatnya healing dimana banyak wisatawan ke sini untuk melakukan meditasi, yoga, atau aktivitas sejenis yang menyatukan mereka dengan alam, tuhan, dan sosial masyarakat yang lain.
Kali ini saya ingin mengajakmu semua untuk berhenti sejenak di Ubud. Berhenti bukan berarti tidak melakukan apa-apa, namun meninggalkan semua beban pikiranmu untuk menjadi ‘warga Ubud’ sepenuhnya dan menikmati hidden gems yang mungkin tidak banyak wisatawan lainnya tahu atau pernah kunjungi. Living in the moment begitu mungkin istilah populernya yakni berfokus pada apa yang ada di depan kita sekarang, tanpa terlalu khawatir akan hal lainnya yang belum pasti.

Candi Tebing Jukut Paku
Banjar Jukut Paku, Desa Singakerta
Candi tebing adalah istilah umum dari situs atau tempat suci yang dibuat di tepi tebing dimana batuan tebing diukir layaknya candi. Di Bali ada beberapa candi tebing dan salah satunya ada di Banjar Jukut Paku yang terletak di tepi Sungai Labak. Tidak banyak referensi yang menceritakan sejarah dan siapa yang membangun candi ini. Untuk mencapai lokasinya, kita perlu menuruni tangga selama beberapa saat. Candi ini masih digunakan sebagai tempat beribadah warga setempat. Di sekitarnya juga terdapat kompleks pura serta beji atau pemandian umum. Candi ini menawarkan suasana yang begitu tenang dan damai. Di salah satu sisinya mengalir gemericik air yang disalurkan langsung dari sumber airnya. Tidak banyak wisatawan yang mengetahui keberadaannya, tidak ada yang menjaga tempat ini, pun tidak ada tiket masuk. Kamu cukup membayar seikhlasnya di kotak amal/ dana punia yang ada di tempat ini.

Pancoran Beji Khayangan Tiga Kengetan
Banjar Kengetan, Desa Singakerta
Beji adalah istilah untuk pemandian umum di Bali. Di Ubud terdapat beberapa beji dimana penduduk lokal menggunakan fasilitas bersama ini untuk mandi, mencuci, atau mengambil air guna berbagai keperluan. Masih di Desa Singakerta, tepatnya di Banjar Kengetan, terdapat beji yang cukup besar. Letaknya ada di sisi belakang dari Pura Desa dan Pura Puseh banjar tersebut. Layaknya beji lainnya, area dibedakan antara area untuk laki-laki dan perempuan. Di beji ini, air jernih dan segar mengalir melalui banyak saluran pancuran. Tempat ini akan ramai ketika pagi atau sore hari. Wisatawan bisa berkunjung, kecuali ada aturan khusus yang menyatakan kunjungan warga selain banjar setempat tidak diperbolehkan. Kamu bisa mandi dengan pemandangan sungai dan tebing indah di sekelilingnya.

Tukad Ulun Pangkung
Banjar Yangloni, Desa Peliatan
Jika di Jawa ada legenda Jaka Tarub, maka di Bali ada cerita yang hampir sama dan disebut Rajapala. Tukad adalah kata dalam Bahasa Bali yang artinya sungai. Yang spesial di Tukad Ulun Pangkung ini adalah ada semacam air terjun mini yang kemudian di sekitarnya dibuat 7 patung bidadari yang sedang mandi dan patung Rajapala yang sedang mencuri selendang milik salah satu bidadari tersebut. Tidak ada tiket masuk ke tukad ini. Di salah satu sisi ada bale-bale dimana kamu bisa duduk santai, baca buku, atau sekedar berkontemplasi. Suara air dan angin menambah damainya suasana di sini.
Bersepeda di Penestanan
Banjar Penestanan, Desa Sayan
Jika kamu suka bersepeda, maka cobalah bersepeda di Ubud. Jika pemandangan sawah adalah pemandangan yang lumrah dijumpai di sini, maka cobalah kamu bersepeda di daerah Penestanan. Apa yang spesial di sini? kontur alamnya yang naik turun menyajikan kelokan yang tajam dan menantang. Di beberapa sisi seolah kamu akan bersepeda di antara bukit yang dibelah menjadi jalan. Di Ubud, bisa ditemukan tempat penyewaan sepeda dengan rate per jam, harian atau durasi yang lebih lama.
Di samping lokasi dan aktivitas di atas, maka ada banyak hal menarik lainnya yang bisa kamu coba di Ubud.

Layang-Layang Bali
Saat musim layangan, biasanya di musim kemarau, aneka layang-layang berbagai ukuran, warna, dan bentuk menghiasi langit Ubud. Layangan khas Bali antara lain kedis (bentuk burung), bebe (bentuk ikan), dan celepuk (bentuk burung hantu).
Yoga Tertawa
Yoga tertawa semakin diminati banyak orang karena memberikan pengalaman atau sensasi yang berbeda. Dalam yoga tertawa, peserta akan diajak untuk tertawa dalam aneka bentuk dan ekspresi. Dengan tertawa, konon hormon endorfin akan makin meningkat dan rasa bahagia bisa muncul.
Ngaben
Ngaben adalah upacara bakar jenazah masyarakat Bali. Di Ubud, pada waktu tertentu, akan diadakan upacara Ngaben massal. Rangkaian acara berlangsung selama beberapa hari dan puncaknya yaitu pembakaran jenazah dilaksanakan di Pura Dalem dan Setra (kuburan) yang ada di dekatnya. Pastikan kamu menggunakan pakaian yang sopan ketika ikut melihat upacara ini.

Belajar Rindik
Rindik adalah salah satu instrumen tradisional Bali yang terbuat dari bilah-bilah bambu dan dibunyikan dengan dua buah alat pemukul. Memainkan rindik bukan perkara mudah, kamu butuh keseimbagan otak kiri dan kanan agar gerakan kedua tangan sinkron dan menghasilkan suara yang merdu.

Kuliner Khas
Ada banyak makanan dan minuman khas Bali yang bisa kamu nikmati di Ubud mulai dari nasi campur, nasi jinggo, tipat tahu, tipat bulung boni, lawar, dan lainnya. Untuk minuman cobalah cicipi jamu khas Bali yang sering disebut loloh. Loloh ada berbagai jenis seperti loloh cem cem, kunyit, tibah dan lainnya. Coba juga es daluman yang menyegarkan.
Ubud menjadi tempat yang tepat untuk berhenti sejenak dan merasakan keseimbangan hubungan antara alam, sosial, dan Tuhan seperti halnya filosofi masyarakat Bali, tri hita karana. Jadi, kapan kamu mau jalan-jalan ke Ubud?