All Worth Waiting – This is Jogja
All Worth Waiting – This is Jogja

All Worth Waiting – This is Jogja

Entah sudah berapa tahun saya tidak ke Jogja. Mungkin lebih dari lima tahun. Saya hanya numpang lewat saja ketika saya pulang dan pergi dari kampung dengan kereta api. Kapanpun kereta itu mulai masuk Jogja, saya selalu excited. Ya, Jogja auranya berbeda. Sangat istimewa, seperti halnya tagline-nya sendiri: jogja Istimewa.

Setelah sekian lama, akhirnya saya bisa berada di provinsi ini seutuhnya. Menjelajahi empat kabupaten dan satu kota dengan banyak sekali hal menakjubkan.

Jogja menjadi inspirasi, menjadi semangat dan juga tempat untuk menyelami kehidupan. Sungguh indah.

Jejalah Kulon Progo: Per-Manukan

Saya baru kali ini benar menjelajahi Kulon Progo. Kabupaten yang ada di sisi barat Yogyakarta. Salah satu daerah yang saya kunjungi bernama Jatimulyo. Sama seperti desa-desa lainnya di Jogja, atau disebut kalurahan, Jatimulyo punya alam yang menawan. Dengan kontur perbukitan, kalurahan ini punya hutan, air terjun, dan tentunya bentangan areal pertanian yang luas.

Yang menarik, mereka menawarkan konsep ekowisata dengan berbagai daya tariknya. Yang saya pahami adalah adanya inventarisir yang lengkap akan burung, kupu-kupu, dan capung. Khusus untuk burung, kalurahan ini sudah sangat terkenal sebagai salah satu tempat untuk pengamatan burung atau bird watching. Keberadaannya menarik banyak pelancong untuk berlama-lama, siapa tahu bisa menemui banyak jenis burung dari 110 jenis yang sudah teridentifikasi.

Ketika saya melihat aneka foto jenis burung itu, indah-indah sekali. Bahkan banyak yang saya belum tahu sebelumnya.

Upaya konservasi di sana tidaklah mudah. Awalnya banyak orang lokal dan orang luar kalurahan yang memburu burung-burung itu dengan aneka cara dan jebakan. Namun adanya ekowisata membuka mata warga bahwa manuk-manuk itu lebih sekedar burung yang terbang dan bersarang di Jatimulyo. Burung itu sudah menjadi aset yang berharga baik bagi alam maupun masyarakat. Mulai-lah dikenalkan paket bird watching dan juga adopsi burung. Siapapun bisa mengadopsi burung dan sarangnya. Nah menariknya uang dari adopsi itu diterima oleh beberapa pihak mulai penjaga ekowisata, pemilik lahan, pihak kalurahan, dan lainnya.

Menjelajasi Jatimulyo memang sangat keren, suara aneka burung bisa terdengar. Untuk mengundang burung jenis tertentu juga mudah. Cukup letakkan pisang yang matang, kulitnya sudah dibuka untuk kemudian digantung di kayu. Burung-burung pemakan buah akan mulai datang satu per-satu.

Selain burung dan kupu-kupu, capung di sini juga ada banyak jenis. Capung sendiri jadi salah satu indikator kualitas lingkungan. Jika masih banyak ditemui capung, maka lingkungan masih berkualitas atau lestari.

Jelajah Kota Jogja: Kota Gede Heritage

Sebagai ibukota Kerajaan Mataram pada masanya, Kota Gede memiliki fungsi yang sangat penting. Di sini banyak ditemukan berbagai peninggalan arsitektur yang masih terawat dengan baik. Misalnya Makam Raja Mataram, Benteng Cepuri, Masjid Kota Gede, Pasar Legi Kota Gede, Situs Warungboto dan situs-situs lainnya.

Pegiat wisata setempat, terutama yang di Prenggan bahkan melakukan inventarisasi bangunan-bangunan yang memiliki arsitektur mengagumkan baik yang Jawa banget maupun yang sudah dipengaruhi oleh arsitektur dari negara lain. Di sana bisa dijumpai dengan mudah rumah-rumah yang sangat eksotis yang sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun. Bahkan Dinas Kebudayaan DIY membuat buku panduan pelestarian arsitektur ini agar tetap lestari. Ada pula aturan agar rumah ini tidak berpindah tangan atau kepemilikan dengan mudah. Bagi yang menjual maka akan ada mediasi dan diskusi dengan pemerintah kelurahan setempat. Sebisa mungkin rumah ini berpindah tangan ke pihak yang tepat dan bukan dari orang luar.

Salah satu rumah yang keren dan sekarang menjadi museum adalah Museum Kota Gede, Living Museum. Di rumah salah satu warga Kota Gede yang pernah menjadi warga kaya raya pada masanya. Rumah ini menyimpan sejarah termasuk pernah dijarah pada masa penjajan dulu. Kemudian rumah ini berpindah tangan menjadi milih pemerintah daerah dan sekarang disulap menjadi museum. Museumnya menarik sekali berkisah tentang sejarah kerajaan Mataram Islam, termasuk banyak hal menarik seperti budaya dan kerajinan yang ada di Kota Gede. Koleksinya dibuat interaktif dengan audio dan video yang menarik. Keren banget pokoknya!

Jelajah Sleman: Merapi Erupsi

Sabtu, 11 Maret 2023 siang ada kabar bahwa Merapi mengalami erupsi. Saat itu saya berada di Jogja selatan tepatnya di Bantul. Secara jarak memang cukup jauh dari gunung berapi tersebut. Arah anginpun saat itu lebih ke arah Kabupaten Magelang. Tapi yang saya rasakan bahwa udara sangat panas. Kata teman saya itu ada hubungannya karena adanya awan panas. Saya juga dengar berita bahwa warga di sekitar Kaliurang dengan radius beberapa kilometer dari Merapi diungsikan.

Merapi adalah gunung yang eksotis sekaligus misterius buat saya. Merapi merupakan simbol kekuatan dunia lainnya yang menjaga keseimbangan Yogya. Bagi masyarakat Hindu atau penghayat Kejawen, maka gunung adalah tempat bersemayamnya dewa dewi.

Ingat betul saya ketika di tahun 2010 lalu sebulan tepatnya setelah erupsi hebat Merapi, saya ke Jogja. Oleh teman saya, saya diajak ke Merapi, memang rumahnya dia ada di kaki Merapi. Di beebrapa wilayah desa, abu merapi mengubur beberapa titik. Bahkan masih bisa terlihat jelas asap yang mengebul. Warga desa terlihat berusaha mencari lokasi tanah milik mereka dan membuat patok dari bibit pohon atau kelapa. Aura kesedihan sangat terasa saat itu. Tentu kita ingat bahwa erupsi di 2010 turut menewaskan Mbah Maridjan yang merupakan juru kunci gunung itu.

Merapi adalah juga berkah tentunya. Dari erupsinya membuat daerah di sekitarnya menjadi subur. Lahar dingin berupa pasir dan batu menjadi komoditas tambang dan membuka lapangan pekerjaan. Tentunya juga magnet wisata yang luar biasa.

Merapi akan tetap berdiri dengan gagahnya tidak hanya menjadi kebanggaan warga Jogja tapi juga indonesia. Saya berharap Merapi akan terus jadi sahabat warga di sekitarnya.

Jelajah Bantul: Blangkon Warna NU

Tiap daerah punya ciri khas penutup kepala masing-masing. Kalau di Jawa umumnya disebut dengan blangkon. Blangkon pun ada beberapa bentuk. Blangkon di Jogja punya keunikan bentuk tersendiri, ditandai dengan bentukan njendol di bagian belakang. Ini mengandung filosofis bahwa keburukan harus disimpan atau tidak dipertontonkan.

Di Jogja ada beberapa sentra pengrajin blangkon. Salah satunya ada di Gunung Mijil, Bantul. Saya beruntung bisa lihat langsung bagaimana blangkon dibuat. Harga blangkon beranekaragam tergantung dari jenis bahan dan kualitasnya. Ada blangkon kasaran dan alusan. Blangkon yang lebih murah di bagian dalamnya diberi kertas karton. Tentunya blangkon ini tidak bisa dicuci. Sedang yang lebih mahal akan terbuat dari kain yang lebih berkualitas, lebih tebal, dan tanpa karton. Harganya mulai dari puluhan hingga ratusan ribu. Saya tertarik dengan blangkon warna hijau, persis warna NU. Akhirnya saya membelinya.

Gunung Mijil adalah salah satu destinasi wisata di Desa Purwosari. Di sana ada situs terkait dengan Pangeran Diponegoro. Situs ini konon merupakan tempat Pangeran Diponegoro dan pasukannya berunding sebelum melakukan penyerangan kepada Hindia Belanda. Selain itu juga terdapat batu tilik sandi yang menjadi titik pengintaian keberadaan pasukan Hindia Belanda pada zamannya. Kreativitas warga setempat saat ini bahkan dituangkan dalam bentuk sendratari Pangeran Diponegoro dan menjadikan situs itu sebagai destinasi berbasis desa wisata. Bahkan pegiat desa wisata setempat membuat sendratari Pangeran Diponegoro juga loh! Menarik sekali.

Jelajah Gunungkidul: Semangat Pegiat Desa Wisata

Sore itu, saya melihat banyak warga berjalan dari kebun mereka, pulang ke rumah masing-masing. Pertanian dan perkebunan menjadi ekonomi utama di Gunungkidul. Mereka, warga lokal itu, terlihat senyum sumringah dan membalas salam teman saya yang waktu itu menemani berkeliling menggunakan hardtop. Mereka terlihat sumringah dan dekat sekali satu sama lain. Saya merasakan kehangatan yang luar biasa, sesuatu yang kita sebagai manusia selalu ingin rasakan. Jika bisa sesering mungkin.

Gunungkidul adalah kabupaten terluas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejak beberapa tahun yang lalu desa wisata berkembang dengan pesat di sini. Berbagai atraksi wisata mulai dari alam, seni, budaya, tradisi, dan lainnya menjadi magnet dan modal untuk pengembangan pariwisata berbasis desa ini. Di Gunungkidul ada gunung api purba, ada perbukitan kapur, ada pantai yang eksotis, ada desa-desa yang asri, dan tentunya masyarakatnya yang ramah. Pengembangan desa wisata ini tentu menjadi harapan baru untuk perekonomian masyarakat sebagai bentuk diversifikasi perekonomian yang selama ini mayoritas adalah pertanian.

Saya lihat juga ini sejalah dengan kebijakan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul. Semakin ke sini, sarana dan prasarana pendukung pariwisata semakin dibenahi, pegiat wisatanya mendapatkan pelatihan dan pendampingan, destinasi wisata terus bersolek.

Pengembangan desa wisata menurut saya menjadi bagian yang penting dalam pariwisata berkualitas. Wisatawan datang tidak hanya untuk mendapatkan hiburan namun juga ilmu dan pemahaman akan bagaimana kehidupan desa dan seluk beluknya. Senang sekali tentunya saya bisa bertemu dengan banyak pegiat wisata di Gunungkidul. Salur sekali untuk semangat dan antusiasme teman-teman pegiat wisata di sana. Semoga suatu saat saya bisa ke sana lagi ehehe.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *