Banyak yang kaget kenapa saya akhirnya memutuskan untuk kembali bekerja di Accenture. Saya sendiri tentu telah berpikir panjang kenapa saya akhirnya re-apply untuk bekerja di perusahaan konsultan yang memiliki kantor di 50 negara dan beroperasi di 120 negara di seluruh dunia ini. Karir pertama saya di perusahaan ini dimulai ketika saya lulus kuliah pada 2010 lalu. Menghabiskan 2,5 tahun pertama bekerja di perusahaan ini memberikan saya banyak pengalaman. Yang paling berharga adalah terkait dengan work life balance tentunya. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan kenapa dulu saya resign dari Accenture. Ya, apa-apa urusan kantor sudah seharusnya tidak dibawa ke ranah kehidupan pribadi begitu pula sebaliknya. What happens in the office stay in the office. Begitu pula sebaliknya.
Nah, setelah berkelana di berbagai hal selama empat tahun belakangan ini, mengerjakan hal-hal yang sepertinya tidak akan kemungkinan kecil saya kerjakan ketika saya masih berada di perusahaan memberikan pengalaman lebih. Namun memang tidak bisa dipungkiri bahwa saya membutuhkan ruang dimana saya memiliki support system dimana orang-orang yang memiliki pola pemikiran dan kerja yang serupa berada. Hal ini tentu akan memberikan output pekerjaan yang lebih cepat dan tentunya bisa lebih maksimal, termasuk bagi learning experience saya.

Saya sendiri tidak yakin ketika saya mengalami proses rekruitmen bahwa saya akan diterima kembali atau tidak. Begitu juga jawaban yang teman-teman se-angkatan Accenture saya tanyakan tentang kenapa saya kembali ehehe. Well setelah sekian lama saya menyadari ternyata banyak sekali perubahan di perusahaan ini. Mulai dari layout kantor, cara kerja, banyaknya pekerja baru yang notabene orang Indonesia namun lulusan luar negeri dan masih banyak lagi. Saya sendiri di bulan pertama sejak bergabung kembali per 16 Maret lalu masih kadang kagok. Semoga saja bisa cepat beradaptasi dengan cepat. Saya sendiri nothing to loose dalam karir kedua saya di perusahaan ini. Saya berusaha menikmati setiap alur pekerjaan dengan sebaik mungkin. Tidak perlu ngoyo karena semua ada untuk disyukuri dan dinikmati bukan sebaliknya