Sudah lima dekade ini, dia dipercaya oleh masyarakat se karesidenan sebagai empu jamu. Empu adalah sebutan bagi seorang yang punya pengetahuan, keahlian, dan pengalaman pada bidang tertentu. Orang lain menyebutnya maestro karena banyak karya-karya terpercaya yang dihasilkan. Empu jamu di karesidenan ini adalah orang bukan sembarang orang. Hanya ada satu orang yang dipercaya dan penunjukannya harus melalui ritual yang panjang dan rumit. Tidak diwariskan melalui garis keturunan, namun penentuan empu jamu ini adalah berdasarkan wangsit para tetua adat yang sebelumnya melakukan tapa brata di beberapa tempat mulai dari dalam goa, tepi sungai, pinggir pantai, dan tengah hutan. Proses ini bukan main-main karena empu jamu adalah orang yang dipercaya untuk meracik jamu aneka guna dan fungsi bagi masyarakat di karesidenan tersebut selama dia hidup. Bagi yang ditunjuk, tidak ada pilihan lain selain mengiyakan dan bersedia menjadi empu. Jika tidak bersedia, maka bisa saja ada banyak aral melintang di wilayah karesidenan itu. Empu ini pun bisa laki-laki bisa perempuan, tidak ada batasan gender. Jadi empu jamu tidak mendapat gaji atau tunjangan rutin dari pemerintah, namun kedudukan sosial di masyarakat sangat tinggi. Bahkan setara dengan bupati pemimpin karesidenan. Fakta bahwa dia bisa meramu jamu custom dari berbagai konsumen untuk berbagai tujuan, memungkinkan dia mendapat bayaran yang tinggi. Tidak boleh ada patokan berapa harga yang harus dibayar atas satu botol jamu custom. Tapi kemanjuran jamu empu jamu membuat orang tahu diri dan sadar akan aturan “ada rupa, ada harga”.
Sudah setahun ini terjadi wabah pagebluk di karesidenan. Wabah ini berupa hidung beler ingusan yang tiada henti. Bisa terbayang, jika semua ingusan maka hampir di setiap saat ditemukan sisa-sisa ingus. Saluran air pun berganti menjadi saluran ingus, benar-benar jorok. Empu jamu bekerja non-stop minimal 15 jam sehari untuk memproduksi sekitar 750 botol jamu setiap harinya. Jamu-jamu itu kemudian dibagikan sesuai dengan prioritas penerimanya. Orang tua renta dan balita menjadi prioritas dimana dengan minum 2 botol jamu dua hari berturut-turut bisa menyembuhkan diri dari pagebluk tersebut. Jika dihitung-hitung, masih perlu waktu dua bulan lagi agar seluruh penduduk di karesidenan yang jumlahnya tidak lebih dari 50 ribu orang bisa mendapat dua botol jamu. Tentu sangat melelahkan karena empu jamu tidak boleh menolak. Ini adalah titah untuk mengedepankan tujuan umum demi kemaslahatan bersama daripada membuat jamu custom yang aneh-aneh.
Di tengah kesibukan meramu jamu anti pagebluk itu, sesekali datang tamu yang minta dibuatkan jamu custom. Ada jamu kekal kekuasaan, ada jamu tahan lama, ada pula jamu anti bloon: aneh-aneh semua pokoknya. Padahal sudah jelas si empu bilang bahwa jamu hanya manjur untuk penduduk di dalam karesidenan, sedang untuk penduduk dari luar itu, jamu tidak akan menghasilkan dampak apa-apa. Namun kepopuleran dan kesaktian si empu jamu sudah kadung tersebar dari dulu. Tamu-tamu ini tentu membuat repot karena banyak dari mereka yang memang bebal dan tidak bisa dikasih tahu. Bahkan sebagian memaksa si empu untuk menuruti kemauan mereka membuat jamu custom, sedang si empu dikejar target membasmi pagebluk yang sedang berlangsung. Di tengah-tengah kesibukan memproduksi jamu anti pagebluk dan di sela waktu istirahatnya, si empu terlihat secara diam-diam mempersiapkan formula jamu baru, yaitu “jamu tahu diri”.