Pengalaman Mendaki Gunung Kelud
Pengalaman Mendaki Gunung Kelud

Pengalaman Mendaki Gunung Kelud

Indonesia memiliki ratusan gunung baik yang masih aktif maupun yang tidak aktif. Tidak heran gunung dan pegunungan yang membentang di hampir seluruh wilayah Indonesia ini menjadi objek dimana masyarakat khususnya traveller sangat senang melakukan eksplorasi. Komunitas pecinta naik gunung atau hiking muncul dimana-mana dan mereka membawa misi untuk mencintai kelestarian lingkungan dengan naik gunung. Well, saya juga pernah naik gunung setidaknya 4 kali yang saya ingat. Pertama Gunung Anak Krakatau, kedua Gunung Bromo, ketiga Gunung Ijen dan terakhir adalah Gunung Kelud. Semuanya adalah gunung yang tidak terlalu tinggi dan tentu sangat mudah untuk didaki ehehe. Well, setidaknya saya pernah naik gunung.

Naik Gunung Kelud adalah bagian dari liburan Lebaran 2016 yang lalu. Gunung Kelud adalah gunung yang terletak di Jawa Timur tepatnya di Kabupaten Kediri. Gunung ini merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di Indonesia dan sejak 1000 M telah meletus lebih dari 30 kali. Letusan terakhir terjadi pada tahun 2014 yang lalu dimana abu vulkanik yang dihasilkan bahkan sampai tersebar ke Surabaya dan Yogyakarta serta sempat menanggu aktivitas penerbangan di daerah tersebut.

‘Salah satu bagian yang tertutup oleh material vulkanik’

Bersama dengan beberapa sepupu, kami mengendarai mobil pribadi. Sebenarnya tidak sulit untuk menuju ke Gunung Kelud karena memang akses transportasi sudah dibuka sedemikian rupa dan dibuat sehingga memudahkan wisatawan. Jalanan beraspal telah dibuat dan di beberapa ruas dilengkapi dengan area istirahat serta parkir yang luas. Mendaki gunung ini, pengunjung harus memarkir mobil sampai pada titik tertentu yang kemudian dapat dilanjutkan dengan berjalan kaki atau menaiki sepeda motor alias ojek. Ojek ini menawarkan jasa angkut PP dengan harga sekitar 20.000/ orang. Cukup murah untuk jalanan yang turun dan menanjak. Dari titik pemberhentian motor, maka pengunjung masih harus berjalan sekian kilometer untuk mencapai puncak. Sejak terjadinya letusan, memang areal sekitar Gunung Kelud tertutup oleh abu vulkanik dan material lainnya. Dan ini tidak memungkinkan pengunjung untuk masuk lebih dalam menuju area puncak Gunung Kelud. Ya, akses ke sana ditutup karena memang sedang ada pengerjaan perbaikan akses. Terlihat beberapa alat berat ada di sana. Gunung ini ramai sekali dikunjungi oleh orang. Tepat di titik pintu akses yang ditutup, seorang pak tua menjajakan jasa foto. Dia terlihat sibuk karena pengunjung antusias menggunakan jasanya. Berada di sekitar area Gunung Kelud menyenangkan sekali. Udaranya sejuk dan pemandangan yang asri dapat dilihat di sekitarnya yang mayoritas adalah pegunungan yang gundul dengan ditutupi oleh semak belukar. Sesekali terlihat aliran air atau bahkan air terjun di dasar jurang. Di beberapa titik dulunya terdapat pemandian air panas, yang saat ini telah tertimbun oleh material vulkanik.

‘Sepupu, Nonik, yang terlihat senang dengan jalan-jalan kali ini’

Gunung Kelud memang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan legenda atau cerita rakyat setempat tentang Dewi Kilisuci. Mengutip langsung dari salah satu sumber internet yakni wisatabromo.com berikut ini adalah detail dari legenda tersebut;

Informasi dari berbagai sumber, dari desa setempat menceritakan kala itu, dikisahkan Dewi Kilisuci anak putri Jenggolo Manik yang terkenal akan kecantikannya dilamar dua orang raja. Namun yang melamar sang dewi bukanlah dari bangsa manusia, karena yang satu berkepala lembu bernama Raja Lembu Suro dan satunya seorang raja berkepala kerbau bernama Mahesa Suro.

Hal ini lanjutkan dengan adanya sebuah sayembara yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia biasa kepada mereka berdua yang diadakan oleh sang dewi, karena sang Dewi Kilisuci sendiri memiliki tujuan untuk menolak lamaran tersebut. Isi dari sayembara tersebut adalah membuat dua sumur di atas puncak Gunung Kelud, yang satu harus berbau amis dan yang satunya harus berbau wangi dan harus selesai dalam satu malam atau sampai ayam berkokok.

Akhirnya dengan kesaktian Mahesa Suro dan Lembu Suro, sayembara tersebut disanggupi. Setelah berkerja semalaman di atas Gunung Kelud, kedua-duanya menang dalam sayembara. Tetapi Dewi Kilisuci masih belum mau diperistri. Kemudian Dewi Kilisuci mengajukan satu permintaan lagi. Yakni kedua raja tersebut harus membuktikan dahulu bahwa kedua sumur tersebut benar benar berbau wangi dan amis dengan cara mereka berdua harus masuk ke dalam sumur.

‘Indahnya salah satu sisi sekitar Gunung Kelud’

Karena mereka berdua terpedaya dengan rayuan sang Dewi, keduanya pun masuk ke dalam sumur yang sangat dalam tersebut. Begitu mereka sudah berada di dalam sumur, lalu Dewi Kilisuci memerintahkan prajurit Jenggala untuk menimbun keduanya dengan batu. Maka matilah Mahesa Suro dan Lembu Suro di Sumur dari hasil buatannya itu sendiri di atas Gunung Kelud.

Tetapi sebelum mati Lembu Suro sempat bersumpah dengan mengatakan (dalam bahasa jawa) “Yoh, wong Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping yoiku. Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung”. yang artinya (Ya, orang Kediri besok akan mendapatkan balasanku yang sangat besar. Kediri bakal jadi sungai, Blitar akan jadi daratan dan Tulungagung menjadi danau.

Karena adanya cerita rakyat ini, setiap tahunnya dilakukan upacara ritual sesaji Gunung Kelud.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *