Jika kamu sudah tua dan berumur lebih dari 60 tahun, maka apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu masih semangat bekerja atau berkarya? Atau kamu ingin menikmati masa tua dengan istirahat dan berbagai kegiatan agar lebih dekat dengan-Nya? Buatku, tidak perlu menunggu usia 60 tahun untuk bisa pensiun dini. Dalam rencanaku aku ingin menikmati hidup dan tidak usah bekerja ketika usiaku menginjak usia 50 tahun. Aku masih punya 25 tahun lagi, begitu pikirku.
Impianku itu pula yang membuat semangatku mendirikan usaha terus menggebu-gebu. Entah berapa kali aku jatuh bangun mencoba berbagai usaha. Namun semua kegagalan itu tidak membuatku berhenti. Kali ini aku mencoba peruntungan dengan membuka toko kopi kecil-kecilan di kotaku. Aku tahu bahwa budaya minum kopi sedang digandrungi terutama di kalangan remaja. Mereka betah berlama-lama duduk di toko kopi sambil mengobro dengan sebayanya. Toko kopiku menjual aneka minuman berbahan dasar kopi dan teh, tidak hanya menu yang konvensional namun juga beberapa yang kekinian. Ada kopi jenis arabika, liberika, dan robusta tentunya. Toko kopiku buka tiap hari kecuali hari kiamat, dari pagi sampai malam hari. Aku mengurus hampir semua urusan toko kopiku, dibantu oleh dua orang barista yang bekerja dalam sistem shift kerja. Aku tahu kapan jam-jam “sibuk” dan kapan jam-jam “lengang” pengunjung. Biasanya di jam awal kami buka yakni 10 pagi belum banyak konsumen yang datang. Di waktu ini, aku lebih banyak melakukan journaling penulisan strategi agar toko kopiku bisa makin berkembang.
Pagi itu cukup cerah cenderung panas. Aku sangat semangat pagi itu setelah target penjualan harian tercapai dalam beberapa hari berturut-turut. Di luar, dari kaca toko kopiku, terlihat seorang pria renta membawa pikulan. Di kedua pikulan itu berjejer beberapa hasil kebun seperti singkong dan ubi. Sepertinya kakek itu berjualan keliling menjajakan entah hasil kebunnya sendiri atau hasil beli dari orang lain. Berjalan tertatih menyusuri trotoar, terlihat dia sesekali berhenti. Dagangannya terlihat masih banyak, mungkin baru keluar berdagang makanya belum banyak yang beli. Sesekali dia terlihat berhenti dan menurunkan pikulannya.
Kemarin pengunjung toko kopiku tidak terlalu ramai, namun aku bersyukur bahwa secara hitung-hitungan ekonomis, toko kopiku hari itu masih bisa menutup biaya operasional. Di pagi yang tidak kalah panas dibanding hari sebelumnya. Di jam yang hampir sama, terlihat kakek tua itu kembali berjalan di seberang toko kopiku. Dengan pikulan yang sama dan dengan barang dagangan yang sama, kulihat tidak begitu banyak dagangannya berkurang. Atau entah dagangan yang kemarin sudah habis dan ini dagangan baru, aku tidak tahu. Kulihat dia sempat berhenti ketika beberapa kucing liar menghampirinya. Kulihat kakek itu mengeluarkan sesuatu, sepertinya makanan yang kemudian diberikan kepada kucing-kucing itu. Si kakek lantas melanjutkan perjalannya. Aku tidak tahu siapa kakek itu. Seperti halnya CCTV, aku hanya mengamati saja.
Hari kemarin toko kopiku semakin sepi, sepertinya karena tanggal tua. Tidak apa-apalah namanya juga usaha, begitu pungkasku. Pun toh aku terbiasa gagal dan menanggung rugi dari usaha-usahaku sebelumnya. Secara hitung-hitungan, omset tanggal berjalan di bulan ini masih aman-aman saja. Kulihat jam tanganku hampir mendekati jam 10 pagi. Ini adalah jam-jam dimana kakek penjual singkong dan ubi itu biasa melintas. Benar saja, tidak beberapa lama kakek itu mulai terlihat. Dengan pikulan yang sama, dagangan yang serupa, dan kaos yang sama bergambar partai penguasa. Ekspresi kakek itu datar, mungkin menahan lelah dan panasnya cuaca pagi itu. Terlihatnya kakek itu kemudian diikuti dengan terlihatnya tiga ekor kucing yang sama seperti kucing di hari sebelumnya. Si kakek terlihat mengelus kucing-kucing itu, dan lantas mengeluarkan makanan untuk mereka. Entah berapa buku motivasi dan pengembangan diri yang aku baca selama ini. Di buku-buku itu tertulis bahwa berbagi itu akan lebih bermakna jika kita melakukannya dengan tulus atas hal-hal yang kita miliki dan sukai. Juga tidak kalah bermakna jika berbagi dilakukan bahkan ketika ketika kita dalam kondisi yang tidak berkecukupan. Aku bertanya apakah kakek itu juga membaca buku-buku yang aku baca, sepertinya tidak. Tapi dia sudah mempraktekkan teori yang aku baca, sedang aku tidak begitu peduli dengan kucing-kucing liar itu.
Hari ini adalah hari terakhir di Bulan Juli, aku cukup senang karena target penjualan toko kopiku tercapai. Aku cukup bisa bernafas lega dengan rasa senang gembira. Setidaknya toko kopiku punya umur yang lebih panjang lagi. Pagi yang cerah dan di jam sepuluhan kulihat kakek yang sama melintas depan tokoku. Dan kukira pasti kucing-kucing itu juga akan datang menyambut keberadaannya. Aku cukup terkejut ketika suara sirine mobil dibarengi dengan suara rem terdengar cukup keras. Aku penasaran dan kemudian keluar dari tokoku. Terlihat beberapa orang kemudian mendekati mobil yang berhenti tersebut. Ternyata mobil itu menabrak kucing-kucing liar tersebut. Aku sampai tidak tega melihat hewan-hewan malang itu. Kakek penjual singkong dan ibu itu terlihat mendekat dan dengan wajah merana berupaya mengumpulkan kucing-kucing tersebut. Tanpa banyak berbicara kakek itu lantas pergi, sepertinya dia yang akan menguburkan kucing-kucing tersebut.
Kejadian kemarin membuatku masih sedikit syok. Aku ingin sekali mengobrol dengan kakek itu misalnya sekedar bertanya dimana kucing-kucing itu dikuburkan. Pagi sudah masuk jam 10, namun kulihat kakek itu belum juga datang. Waktu berlalu dan siang sudah menyapa, bahkan sampai jelang sore aku tidak melihat kakek itu melintas lagi.