Sudah sebulan sayembara “Proposal Menipu of The Year” dibuka oleh Kementerian Pengembangan Masyarakat Masa Kini. Ini adalah kontes ide terbesar yang ada di negeri Mbelgedhes dan terbuka untuk seluruh masyarakat, tanpa terkecuali. Memang terdengar aneh, namun budaya menipu sudah jamak dilakukan di negeri ini, baik oleh pemerintah, pihak swasta, atau masyarakat umum. Saking normalnya, tidak ada batasan etika atau dosa. Bahkan pemenang sayembara ini sama prestisiusnya dengan memenangkan medali olimpiade musim panas. Pemenangnya baik juara 1, 2, 3, dan harapan pun tanpa babibu akan jadi sumber inspirasi tipu menipu yang amat layak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada hukum yang melarang atau menganggap praktek ini, bahkan realisasinya akan menjadi kebanggaan terutama bagi para pengusulnya. Pemenangnya pun akan diganjar dengan berbagai hadiah mulai dari uang tunai, hadiah produk, bahkan publikasi sana-sini. Pokoknya sekali menang, akan jadi sangat terkenal bahkan bisa masuk hall of fame setara pahlawan di negeri itu. Terdengar aneh memang, tapi begitulah faktanya. Benar-benar mbelgedhes.
Sudah tiga tahun berturut-turut, Karsan berhasil menjadi juara pertama dari sayembara ini. Entah dia dapat ide-ide gila darimana. Ada yang bilang dia dapat ide itu dari para dukun, ada juga yang bilang dia melakukan tapa brata di beberapa goa angker yang demit pun mungkin enggan mengunjungi goa tersebut. “Edan memang si Karsan ini.” gumamku. Lima tahun lalu proposalnya berjudul “Investasi Sejak Dini: Tanamkan Uang Lalu Panenlah” berhasil mengungguli lebih dari seribu proposal lainnya. Idenya adalah bahwa tiap bayi di negeri ini akan otomatis dibuatkan akun investasi senilai 100 juta peres, mata uang negeri ini. Dana ini kemudian dikelola oleh pemerintah untuk investasi di berbagai bauran portfolio. Beberapa tahun kemudian, dengan alibi ada resesi ekonomi dan semuanya bangkrut, investasi ini buyar dan tak berbekas. Semuanya sudah dikondisikan, yang penting pemainnya untung walau negerinya buntung. Empat tahun lalu, proposalnya yang berjudul “Dana Bahagia Sekarang dan Selamanya” kembali naik podium teratas. Ini adalah potongan rutin bagi kalangan pekerja dari gaji yang mereka terima secara bulanan. Lantas potongan ini konon setelah sepuluh tahun diendapkan, bisa digunakan untuk pembiayaan berbagai pengeluaran yang mendatangkan kebahagiaan: mulai makan, belanja pakaian, sampai dugem dan pesta-pesta.
Gilanya, Badan Kebahagiaan Negeri, badan pengelola dana ini sudah membuat aturan bahwa uang yang masuk ke badan ini akan dipotong untuk biaya operasional sebesar 50%. Aih, benar-benar mblegedhes. Alasannya untuk mendatangkan kebahagiaan, maka pengelola juga harus bahagia. Warga tidak berkeberatan karena kembali implementasi dari pemenang sayembara adalah kebanggaan komunal. Tahun lalu, idenya tidak kalah cadas. Judul proposalnya adalah “Rumahku, Rumahmu”. Idenya adalah memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk live in di rumah orang lain dengan sistem barter. Tidak hanya tinggal, warga juga bisa membawa lima jenis barang yang ada di rumah itu. Tentu kesempatan untuk menggarong rumah-rumah yang dicap sebagai rumah orang kaya terbuka lebar. Terlebih sebelum ada tamu live in ini, rumah tidak boleh dikosongkan. Semua barang harus tetap ada di tempatnya seperti sedia kala.
Tahun ini, aku sepertinya tidak berniat lagi untuk ikut sayembara. Walau hadiahnya menggiurkan, sepertinya aku sudah habis ide dan pastinya kesabaran. Di tahun-tahun sebelumnya aku tertipu dengan membayar panitia untuk setidaknya agar proposalku masuk ke sepuluh besar dan aku berkesempatan presentasi yang disiarkan langsung TV nasional. Aku sudah tidak percaya lagi. Namun toh, tidak kudengar Karsan akan ikut lagi tahun ini. Biasanya di awal saat sayembara mula-mula diumumkan, dia sudah koar-koar sesumbar akan juara satu lagi. Entah kemana dia. Setelah coba kucari informasi, konon kabar burung bilang dia tertipu temannya dan idenya tahun ini sudah didaftarkan duluan oleh temannya tersebut.