Time Travel ke Masa Kejayaan Majapahit
Time Travel ke Masa Kejayaan Majapahit

Time Travel ke Masa Kejayaan Majapahit

Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.

Sumpah Palapa – Maha Patih Gajah Mada*

Berkunjung kembali ke Trowulan mengingatkan kembali ke masa saat saya masih berada di sekolah dasar, dimana dengan diantar almarhum Bapak, dengan sepeda motor, saya menjelajahi beberapa peninggalan salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara. Saya dan Trowulan diikat oleh memori masa kecil, memori jalan-jalan, dan rasa penasaran. Berbekal buku perpustakaan sekolah tentang sejarah Majapahit, kemudian saya meminta izin orang tua untuk pergi ke daerah ini dan melihat langsung destinasi yang ada di dalam buku tersebut.

Trowulan adalah satu kecamatan di Kabupaten Mojokerto, yang konon merupakan pusat Kerajaan Majapahit. Daerah ini, yang kini terus bersolek, tidak berbeda dengan yang saya kunjungi beberapa puluh tahun lalu. Trowulan tetap memancarkan auranya sebagai tlatah Majapahit yang sakral, bersanding dengan dinamika kehidupan sosial serta pembangunan sarana dan prasarana yang makin pesat. Pergi ke Trowulan untuk kesekian kalinya akan selalu meninggalkan kesan spesial.

Maha Wihara Majapahit

Kampung Majapahit Bejijong

Jajaran rumah terlihat rapi di jalanan Desa Bejijong. Rumah-rumah ini bagian depannya terlihat serupa, terbuat dari bata merah, dengan pagar yang berhias mandala Majapahit. Bentuk rumah ini pula yang konon adalah bentuk rumah yang bisa ditemui di era kerajaan ini. Rumah-rumah itupun menjadi daya tarik wisata. Beberapa di antaranya difungsikan sebagai homestay, sebagian lagi menjadi galeri seni, dan sebagian lainnya sebagai tempat makan. Bejijong adalah satu dari 16 desa di Kecamatan Trowulan dan memantapkan dirinya sebagai desa wisata berjuluk Kampung Majapahit. Di salah satu sisi desa ini bisa ditemukan Candi Brahu. Candi yang namanya berasal dari kata warahu atau wanaru, yang termaktub dalam Prasasti Alasantan. Candi ini diduga menjadi tempat pembakaran jenazah raja-raja, sesuai dengan prasasti yang ditulis Mpu Sendok. Candi ini megah berdiri setinggi 22,5 meter dan menjadi bangunan tertinggi di desa ini.

Tidak jauh dari Candi Brahu, terdapat situs yang menjadi tempat perisitirahatan terakhir Raden Wijaya. Situs tersebut bernama Siti Inggil. Dilihat dari namanya Siti Inggil memang berupa dataran tanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah di sekitarnya. Situs ini dinaungi oleh beberapa pohon besar yang rindang. Nama lain Raden Wijaya adalah Kertarajasa Jawawardhana, mendirikan Majapahit di tahun 1293 M dan kemudian menjadi raja pertamanya bergelar Brawijaya I. Untuk memasuki kompleks makam ini, kita harus izin ke juru kunci setempat. Setelah memasuki gerbang dan menaiki beberapa tangga, pengunjung melalui pintu masuk ke dalam kompleks makam. Di dalamnya terdapat lima nisan yaitu nisan Raden Wijaya, nisan Ghayatri (permaisuri Raden Wijaya), nisan Dhoro Pethak dan Dhoro Jinggo (selir Raden Wijaya), serta abdi kinasih. Di luar kompleks ini, ada dua nisan pengawal Raden Wijaya yakni Sapu Jagad dan Sapu Angin. Situs ini ramai dikunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah. Lokasinya yang di tepi sawah dan banyaknya pohon besar menjadikan suasana di sini sejuk sekali, disamping suasana sakral karena statusnya sebagai situs suci.

Majapahit juga tidak bisa dipisahkan dengan semangat toleransi. Pada masanya, berbagai agama bisa berkembang dan hidup berdampingan secara rukun mulai dari Hindu, Buddha, kepercayaan setempat, bahkan Islam. Ini pula yang bisa dilihat dari Bejijong. Tidak jauh dari Siti Inggil, berdiri megah sebuah wihara bernama Maha Vihara Majapahit. Bangunan ini tentu masih difungsikan sebagai tempat ibadah umat Buddha. Yang menarik, di dalamnya terdapat patung Buddha berbaring atau Buddha tidur, yang konon merupakan salah satu terbesar di dunia. Memasuki pintu masuk, tepat area depan berdiri dua patung besar yakni patung Raden Wijaya dan Maha Patih Gadjah Mada tepat di depan gedung Sasono Bhakti. Selain melihat patung Buddha tidur, pengunjung juga bisa memberi makan ikan di area kolam sekitar patung, menikmati taman lotus, serta menghabiskan waktu di taman-taman wihara yang cantik. Di salah satu sisi taman bisa ditemui maket atau miniatur Candi Borobudur, candi Buddha terbesar di dunia. Wihara ini berdiri di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas beragama Islam, sungguh bentuk toleransi yang indah.

Siti Inggil

Museum Majapahit

Seiring dengan berjalannya waktu, makin banyak peninggalan era Majapahit yang ditemukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Mulai dari reruntuhan bangunan sampai pada penemuan beraneka ragam peralatan sehari-hari dari gerabah, benda logam, uang kepeng, dan lainnya. Tentu keberadaan museum menjadi penting karena di sana disimpan berbagai benda bersejarah dan informasi menarik lainnya. Museum Majapahit terletak di Desa Trowulan, sekitar 10 menit berkendara ke selatan Desa Bejijong. Terletak dekat dengan situs kolam Segaran, museum ini berdiri di area seluar 57.625 meter persegi. Di dalamnya tersimpan berbagai peninggalan tidak hanya dari masa Kerajaan Majapahit namun juga kerajaan lain seperti Kahuripan, Singhasari, dan Kediri. Saya sendiri suka ke museum. Mempelajari sejarah akan membuat saya pribadi bisa menghargai segala kebebasan dan kemerdekaan yang saya bisa nikmati hari ini. Tidak kalah penting adalah menghormati mereka yang sudah berkorban sampai lahirnya bangsa dan negara ini.

Museum Majapahit memiliki beberapa area. Mulai dari ruang pameran tematik yang menyimpan berbagai benda peninggalan mulai dari gerabah dan peralatan rumah tangga, patung, prasasti, dan benda arkeologi lainnya. Dari ratusan atau bahkan ribuan benda koleksi dari museum ini, ada beberapa yang sangat menyita perhatian saya.

Gapura Wringin Lawang

Cerita Panji

Panji atau lengkapnya Panji Asmoro Bangun adalah epos yang lahir di Kerajaan Kediri yang kemudian berkembang di era Majapahit dan menyebar ke beberapa daerah lain di Asia Tenggara. Epos ini bercerita tentang cerita cinta antara Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji. Di beberapa situs seperti candi, dapat ditemui relief yang menggambarkan cerita Panji ini, berupa sosok laki-laki dengan menggunakan tutup kepala. Epos Panji ini tentu menjadi mahakarya Indonesia yang patut dilestarikan. Di daerah Malang bahkan berkembang seni tari topeng Panji dan pementasan drama Panji ini. Bahkan mungkin, kita pernah mendengar diselenggarakannya Festival Panji Nusantara untuk mengapresiasi dan melestarikan cerita Panji tersebut.

Jobong

Jobong adalah sumur di era Majapahit dimana penduduk kala itu menggali tanah sampai kedalaman beberapa meter. Setelah ditemukan sumber air, kemudian sisi-sisi tanah dilapisi dengan semacam plester yang terbuat dari tanah liat, persis seperti pembuatan sumur modern saat ini.

Berbagai Arca

Jika ditanya, berapa jumlah patung atau arca yang ada di museum ini? Jawabannya adalah banyak sekali. Beberapa arca yang menarik menurut saya antara lain arca garuda, arca kinara kinari (hewan surgawi berkepala manusia dan berbadan burung), arca kala, dan arca Bima (satu dari Pandawa Lima).

Majapahit dan Peninggalannya untuk Bangsa Indonesia

Majapahit dengan segala kebesarannya ternyata mewariskan banyak hal untuk bangsa ini. Bahkan beberapa di antaranya masih ‘hidup’ dan relevan sampai sekarang. Dari apa yang saya amati langsung dan buku yang diterbitkan oleh Yayasan Arsari Djojohadikusumo, bahwa peninggalan Majapahit bisa dikelompokkan menjadi empat yaitu harmoni, toleransi, kosmopolitan, dan kreativitas.

Harmoni

Yang ditandai dengan perjalanan rombongan kerajaan ke daerah-daerah yang dikuasasinya dengan tujuan untuk upacara, bertemu dengan pemimpin di daerah tersebut, serta mengetahui kondisi daerah yang dikuasasi. Hal ini seperti termaktub dalam kitab Nāgarakŗtāgama. Terlihat bagaimana upaya kerajaan dalam menjaga keutuhan wilayahnya dan membangun keselarasan antara pusat dan daerah.

Toleransi

Kerukunan kehidupan umat beragama bisa ditemui di Majapahit. Bahkan anggota keluarga kerajaan bisa saja memeluk agama yang berbeda. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika juga berasal dari kitab yang dibuat pada zaman Majapahit yaitu Sutasoma. Di dalamnya disebutkan “Mangka ng jinatwa kalawan siwatattwa tunggal bhinneka tunggal ika, tan hana dharmma mangrwa”.

Kosmopolitan

Kata ini jika merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti yaitu mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas atau terjadi dari orang-orang atau unsur-unsur yang berasal dari pelbagai bagian dunia. Majapahit telah menjalin hubungan dengan daerah-daerah di seberang seperti kerajaan di Champa, Semenanjung Melayu, Kamboja, bahkan China. Dalam kitab Nāgarakŗtāgama, tiap bulan Caitra (sekitar Mei), kerajaan mengadakan pesta besar yang dipusatkan di lapangan Bubat dan mengundang perwakilan dari kerajaan sehabat tersebut.

Kreativitas

Muncul banyak karya seni seperti patung dari tanah liat aneka bentuk, seni arsitektur terutama fasilitas pengelolaan air seperti Kolam Segaran dan kanal-kanal air, serta tata kelola kerajaan yang dibuat dengan struktur yang sistematis. Di dalamnya ada jabatan yang hirarkis sesuai dengan tugas dan tanggungjawab tertentu.

Candi Bajangratu

Daya Tarik Wisata Lainnya

Jalan-jalan ke Trowulan tidak cukup jika hanya sehari. Ada banyak daya tarik lainnya yang patut dieksplorasi lebih lanjut. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

Sambel Ikan Wader

Ikan wader adalah ikan air tawar ukuran kecil. Di salah satu sisi situs Kolam Segaran berjajar warung yang menjajakan ikan wader goreng lengkap dengan sambelnya. Dipadukan dengan nasi panas, hidangan ini cocok untuk mengobati perut yang lapar. Warung ini juga menjajakan beberapa kuliner khas Jawa Timur lainnya. Harganya juga relatif murah mulai dari belasan sampai puluhan ribu rupiah,

Patung Batu di Watesumpak

Desa Watesumpak merupakan salah satu sentra pengrajin patung batu. Patung beraneka bentuk mulai dari figur anggota kerajaan, patung Buddha, patung aneka hewan, dan patung dekoratif lainnya bisa ditemukan di sini. Patung ini bahkan dipasarkan sampai ke Pulau Bali dan luar negeri. Kamu bisa memesan patung dengan bentuk dan ukuran yang kamu mau.

Gallery Café Selo Adji

Selo Adji adalah nama sebuah café sekaligus café di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan. Letaknya tepat berada di sisi jalan negara yang menghubungkan Jombang-Mojokerto-Sidoarjo. Di sini, kamu bisa menjumpai berbagai patung dan proses pembuatan patung karena café ini dimiliki oleh salah satu maestro patung Trowulan. Café ini juga biasa disewa sebagai tempat photoshoot karena bentuknya yang unik dan menarik berupa beberapa bangunan Joglo dengan berbagai peralatan kuno dan vintage yang merepresentasikan suasana Jawa tempo dulu.

Warung Selo Adji

Situs Menarik Lainnya

Trowulan dan beberapa daerah di sekitarnya menyimpan banyak sekali situs Majapahit yang patut dikunjungi. Beberapa di antaranya berupa candi, area pemakaman, sampai reruntuhan, yang konon merupakan istana atau area permukiman. Bebera situs tersebut antara lain Candi Gentong, Sumur Upas, Makam Putri Campa, Makam Panjang, Situs Kumitir, Gapura Wringin Lawang, Candi Tikus, Candi Bajangratu, Situs Bhre Kahuripan, dan Mandala Majapahit.

Kerajinan Patung Cor

Desa Bejijong termasuk sentra pengrajin patung cor, dengan bahan dari perunggu atau kuningan. Produknya selain patung aneka bentuk dan ukuran juga berupa keris, tombak, dan produk lainnya. Beberapa produk dibuat dengan langgam lawasan atau terkesan kuno. Kamupun bisa memesan bentuk dan ukuran patung serta warna yang kamu mau.

Trowulan menjadi saksi bagaimana kebesaran Majapahit itu nyata adanya. Peninggalannya baik yang sifatnya fisik maupun non fisik juga masih lestari sampai sekarang. Majapahit telah memberi warna bagi perjalanan panjang bangsa ini. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua, Indonesia.

*Terjemahan Sumpah Palapa:

Kamu Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Kamu Gajah Mada, “Jika telah menundukkan seluruh Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *