Thank You Pak Ahok for Making Jakarta Way Much Better!
Thank You Pak Ahok for Making Jakarta Way Much Better!

Thank You Pak Ahok for Making Jakarta Way Much Better!

Jakarta baru saja menyelenggarakan hajatan besar yakni pemilihan umum daerah untuk memiliki gubernur yang menjabat periode 2017-2022. Pilgub ini berlangsung seru, sengit, penuh drama dan memberikan kesan bagi banyak orang. Tiga calon pasangan dari partai dan/ atau koalisi partai yang berbeda ikut serta dalam kontestasi pemilihan umum daerah rasa nasional ini. Sebagai warga yang tinggal dan bekerja di Jakarta, tentu saya bisa merasakan bagaimana drama satu dan lainnya berlangsung. Ya, Ahok, gubernur petahana yang menjadi sorotan bagi banyak orang. Petahana ini yang didemo kanan kiri depan belakang karena ucapannya di Kepulauan Seribu pada 2016 lalu yang dianggap menistakan agama. Tidak tanggung-tanggung ratusan ribu umat islam beberapa kali menggelar demo besar-besaran untuk menuntut agar Ahok segera diadili dan dipenjarakan. Bahkan demo tersebut juga mendesak Jokowi untuk tidak ikut mencampuri urusan ini dan merusak kenetralan hukum. Tidak hanya di dunia nyata namun perdebatan sengit di antara pendukung dan penolak Ahok menjadi topik utama selama beberapa bulan belakangan ini. Tidak hanya dibungkus dalam pemikiran yang logis dan santun, namun seringkali perdebatan dunia maya menjadi tidak terkontrol dan jauh dari kata etis. Mereka yang berdebat tidak hanya yang datang dan merupakan penduduk Jakarta, namun mungkin dari seluruh Indonesia. Ya, kami lelah, setidaknya saya pribadi sebagai penduduk Jakarta lelah.

Namun akhirnya pada 19 April lalu akhirnya Ahok tidak terpilih. Saya sendiri entah bisa dibilang sebagai Ahok-er atau tidak. Saya harus mengakui bahwa selama Ahok memimpin, Jakarta memang jauh lebih baik seperti hal-hal berikut:

  1. Birokrasi yang lebih melayani dengan cepat dan tanggap
  2. Ruang korupsi yang tertutup
  3. Jakarta yang makin bersolek, rapi dan bersih
  4. Jakarta yang, secara umum, makin manusiawi
  5. Jakarta yang makin peduli akan keberadaan kaum miskin dan menengah ke bawah melalui subsidi dalam hal pendidikan, kesehatan dan lainnya

‘Suka-suka lo lah mbakyu ehehe’

Dan yang membuat saya kagum adalah adanya perhatian kepada para guru mengaji dan juga diberangkatkannya para penjaga masjid untuk umrah. Hal ini bukan isapan jempol belaka dan memang begitulah faktanya. Dengan alasan apapun, bahwa hal-hal di atas tidak bisa dibantah oleh siapapun.

Namun kekaguman saya juga tentu tidak buta begitu saja. Saya tentu punya beberapa kritik untuk Ahok seperti:

  1. Kata-katanya yang sering kasar (walaupun saya tahu bahwa dia bisa menempatkan dirinya. Kata kasarnya memang kerap kali ditujukan untuk para PNS yang tidak bekerja dengan baik, calon koruptor, lawan politik yang juga tidak etis dan sejenisnya).
  2. Dugaan korupsi di banyak hal seperti reklamasi dan lahan sumber waras (walaupun hal itu juga tidak terbukti sampai sekarang).
  3. Penggusuran dimana-mana yang konon katanya melanggar HAM. Saya memang beberapa kali melihat video penggusuran tersebut dan bagaimana isak tangis menyertai penggusuran yang dilakukan. Harusnya hal ini bisa dihindari. (Walaupun memang penggusuran dilakukan di atas tanah negara yang telah diduduki secara ilegal selama puluhan tahun)

Terlepas dari huru-hara penistaan agama bahwa apa yang dilakukan Ahok itu telah mencerminkan komitmen yang bersangkutan untuk membuat Jakarta sebagai ibukota kelas dunia. Bagi saya banyak sekali tentunya yang bisa dipelajari dalam drama pilgub Jakarta dengan lakon utama Ahok ini, seperti:

  1. Kamu tidak bisa memuaskan tuntutan semua orang. Apalagi jika kamu menjadi pemimpin banyak sekali orang. Tiap orang mungkin punya pemikiran berbeda namun kebutuhan yang mutual. Namun toh dalam tahap implementasi di lapangan, cibiran selalu ada. Tidak pernah ada kata puas dari tiap-tiap pribadi, selalu menuntut lebih.
  2. Isu SARA masih menjadi hal-hal yang terlalu sensitif dan kadang mengubah jalan pikiran logis banyak orang. Pasti dengan tidak terpilihnya Ahok, maka banyak orang yang senang. Semoga saja
  3. Politik itu lebih dinamis bahkan jika dibandingkan aliran air di sungai terdinamis sekalipun. Kalau kita lihat bagaimana pola dukungan antar politisi, partai politik, dan masyarakat umum berubah bisa dalam hitungan detik.

‘Orang dan karangan bunga terus berdatangan di areal Balaikota Jakarta’

Ribuan Karangan Bunga

Pada jum’at terakhir bulan April lalu, saya akhirnya menyempatkan mlipir ke Balaikota Jakarta. Awalnya janjian datang jam 6 pagi agar kami tidak mengantri, namun sayang teman saya telat dan sayapun akhirnya baru datang jam 7an. Kedatangan kami tentunya ingin berterima kasih atas kerja keras yang Ahok dan Djarot lakukan selama ini untuk Jakarta. Ratusan orang sudah berada di Balaikota saat itu dan dari mereka ada yang asyik berfoto dengan berbaga karangan bunga yang ada di setiap penjuru Balaikota tersebut. Sebagian besar lainnya sudah tertib mengantri untuk bisa berfoto bersama dengan Ahok. Antrian panjang mengular dari depan Balaikota sampai sisi samping bisa terlihat dengan jelas. Ahok memang selama ini dikenal sebagai gubernur yang membuka pintu Balaikota untuk siapa saja. Tiap warga Jakarta bisa bertemu langsung dengan dia untuk mengobrol singkat, melaporkan aduan atau sekedar foto bersama. Biasanya acara tatap muka tersebut dimulai sekitar jam 07.30-09.00 WIB. Namun pasca hasil pilgub putaran kedua, jumlah pengunjung pagi Balaikota membludak. Jika awalnya foto dapat dilakukan satu per satu, kali ini dengan pertimbangan waktu yang singkat, foto dilakukan dalam grup 10-15 orang setiap kali foto. Di antrian tersebut, terlihat mereka bersemangat. Sesekali menyanyikan lagu nasional seperti lagu Indonesia Raya, Satu Nusa Satu Bangsa, Dari Sabang Sampai Merauke dan lain sebagainya. Mereka memang terlihat tak sabar bertemu dengan Ahok.

Ribuan karangan bunga memang terlihat memadati areal balaikota. Konon katanya jumlahnya seribu lebih bahkan ada yang bilang mencapai 4 ribu karangan bunga. Karena areal halaman Balaikota sudah penuh, akhirnya karangan bunga tersebut ditempatkan di sekitaran Medan Merdeka, kecuali sisi yang tepat di depan Istana Negara. Isinya apa? banyak sekali tapi intinya adalah semangat dan ucapan terima kasih kepada Ahok dan Djarot. Banyak di antara karangan bunga itu yang isinya juga lucu dan membuat pembacanya tergelitik.

‘People are just too excited just as you see’

Ahok memang menjadi fenomena. Walaupun kalah, namun mash banyak yang mendukung dan merindukannya. Sosok yang bekerja keras, cepat dan bersih yang dapat menjadikan Jakarta lebih baik. Yah setelah babar buyar edisi pilgub Jakarta ini, saya tentu tetap berdoa bahwa siapapun yang memimpin semoga Jakarta lebih baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *