Orang Jawa memiliki nama-nama yang unik dan khas. Yang mungkin tiap nama mengandung pengertian atau makna tertentu. Yang saya sendiri tidak terlalu mengerti. Jika kamu ke daerah-daerah tertentu, maka kamu akan menemukan terutama di daerah pelosok nama-nama yang menurut saya legendaris, yang antara lain:
Nama berawalan Su-
Suparno, Sumarni, Suyoto, Sugeng, Susilo, Sulastri, Sulasmi, Supangat, Sundari, Sungatmo, Sujiati, Sumiati, Sumarsono, Sumarno, Sumiah, Sunari dan lainnya
Nama berawalan Nga-
Ngatemi, Ngadiran, Ngatminah, Ngasiran, Ngatmo, Ngadirin, Ngadiran, Ngatmono, Ngatirah, Ngadimin dan lainnya
Nama berawalan Pa-
Painem, Paijo, Pademi, Pairan, Pairin, Patemi, Patemo, Pariman, Parimin, Pateman, Paijem, Paimo, Parno dan lainnya
Nama berawalan Wa-
Wagirin, Wagiran, Wadi, Wagimo, Watmi, Wateman, Wagimin, Wajiati, Warmo, Wagiyo, Wagiman dan lainnya
Nama berawalan Ju-
Jumiran, Jumirah, Juminten, Juminten, Jumiati, Jumiah dan lainnya
Nama berawalan Sa-
Sarmi, Satemo, Sakiran, Sakirin, Samiati, Sariwati, Sariyan, Sateman dan lainnya
Nama berawalan Ka-
Kadirin, Kadiran, Katminah, Katemi, Kasiati, Kasiah, Katminah, Katmijo dan lainnya
Nama berawalan Mu-
Mukidi, Munaroh, Muntamah, Mujiati, Mujiatun, Mulyono, Mujono, Mujiasih dan lainnya
Nama berawalan Po-
Poniman, Ponimin, Ponijan, Ponari, Poniran dan lainnya
Nama berawalan Tu-
Tukirin, Tukinem, Tukijan, Tumirah, Tukiran dan lainnya
Nah, mungkin ada nama lain yang terlewat dari awalan nama-nama di atas. Nama-nama itu menurut saya banyak digunakan oleh generasi yang lahir sebelum tahun 1980-an. Setelah itu mungkin sudah semakin jarang digunakan. La wong nama saya juga tidak berbunyi nama khas Jawa tersebut, begitu juga dengan saudara-saudara saya yang lainnya. Adapun banyak alasan mengapa ini terjadi:
- Nama yang dianggap sudah tidak sesuai zaman, tidak keren, kampungan, dan alasan lainnya. Banyak orang mungkin berpikiran bahwa nama-nama di atas adalah nama desa sekali. Jadi sepertinya sudah tidak sesuai dengan kebutuhan sekarang
- Adanya inspirasi nama dari sumber lainnya seperti luar negeri. Banyak orang yang mengira bahwa nama kebule-bulean akan lebih keren. Hal ini pula yang sering saya jumpai di desa-desa di Jawa Timur sana
Mungkin dua alasan di atas adalah alasan yang dominan. Saya sendiri kuatir jika nama-nama legendaris tersebut makin berkurang digunakan oleh masyarakat Jawa sendiri. Padahal saya yakin di balik nama di atas ada arti dan makna yang luhur. Nah, lantas apa yang bisa dilakukan agar nama tersebut digunakan kembali secara luas. Berikut ini ada beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan:
Pertama: bahwa nama-nama di atas adalah nama-nama keren yang mencerminkan jati diri kita sebagai orang Jawa. Tidak perlu minder atau malu menggunakan nama-nama di atas. Nanti jika nama tersebut hilang dari peredaran, maka kita sendiri yang akan merasa kehilangan dan menyesal
Kedua: bahwa selama ini nama-nama di atas biasanya berdiri sendiri sebagai nama kata tunggal, tidak diikuti kata kedua atau kata sebelumnya. Faktanya bahwa nama anak-anak zaman sekarang biasanya terdiri dari minimal dua kata atau lebih. Nah, bagaimana jika mencari jalan tengah dengan menggabungkan nama di atas dengan kata lainnya misalnya Suparno Alexander, Ngatemi Sumitrowijoyo, Pairan William, Jumirah Desanova, Ngatmono Susilawijaya atau lainnya. Nah kombinasi ini cukup menarik bukan selain ada nama tradisional yang khas juga ada kata yang konon katanya lebih terdengar internasional
Ketiga: perlu adanya benefit, jika paksaan bukan jadi pilihan, misalnya dari pamong pemangku pengurus desa. Misalnya ada reward yang diberikan kepada orang tua jika mereka menamakan anaknya dengan nama-nama khas di atas. Bentuknya seperti apa? Bisa macam-macam baik berupa benda maupun non benda, yang jelas disesuaikan dengan kemampuan desa masing-masing
Saya sendiri nanti ingin menamakan anak-anak saya dengan nama-nama Jawa sehingga mereka bisa tahu jati diri mereka bahwa mereka bagian dari tradisi dan peradaban yang adi luhung. Saya yakin suku lainnya juga memiliki penamaan yang khas. Bahkan ada yang memiliki marga tertentu juga. Yuk kita lestarikan nama-nama tradisi khas Indonesia. Terima kasih.